Pendidikan Islam mulai dilaksanakan oleh Rasulullah Saw. setelah menerima wahyu yang pertama yaitu surat AlMudatsir ayat 1-7. Dalam hal ini Rasulullah Saw menyeru (mengajak) kepada keluarganya kemudian baru kepada sahabatnya dan masyarakatnya. Sedangkan tujuan pendidikan yang dilaksanakan oeleh Rasulullah Saw. tidak terlepas dari tujuan dakwahnya yaitu membangun pola kehidupan beradab dan menanamkan keimanan yang baik.
Pendidikan Islam pada masa Rasulullah Saw. mengalami
perkekmbangan-perkembangan yang cukup signifikan terjadi ketika Rasulullah
hijrah ke Yatsrib (Madinah). Indikasi perkembangannya adalah dari tujuan
pendidikan yang diarahkan kepada pembinaan aspek-aspek kemanusiaan sebagai
hamba Allah Swt untuk mengolah dan menjaga kesejahteraan alam semesta untuk itu
umat Islam dibekali dengan pendidikan tauhid, akhlaq, amal ibadah, kehidupan
social kemasyarakatan dan keagamaan, ekonomi, kesusasteraan bahkan kehidupan
bernegara.
Pendidikan Islam pada masa shahabat tidak begitu jauh
berbeda dengan pendidikan Islam yang ada pada masa Rasulullah Saw. ada
perkembangan yang terjadi pada masa khalifah Utsman bin Afan. Di masa
kepemimpina Utsman bin Afan pendidikan Islam lebih diarahkan pada pengajaran
baca tulis, hal ini di dorong oleh semangat Utsman untuk mengumpulkan
mushaf-mushaf al-Qur’an.
Mengkaji perjalanan pendidikan Islam pada masa Rasulullah
Saw dan pada masa para sahabatnya, pendidikan Islam berjalan dan mengalami
perkembangan sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarkat pada waktu itu (social
demand).
Pada masa kekuasaan Bani Saljuk, pendidikan Islam terus
berkembang dengan ide-ide dan pemikiran
pendidikan Nizam al-Mulk yang waktu dia itu menjabat sebagai perdana
menteri dimasa Sultan Alp Arsalan dan
Malik Syah. Pendidikan Islam pada masa Nizam al-Mulk mengalami kemajuan da perkembangan yang pesat dan cukup tertata menejemennya.
Berdirinya Madrasah Nidhomiyah pada bulan Dzulhijjah 457 H di Baghdad pada
waktu itu merupakan suatu bukti kongkrit dari majunya pendidikan Islam pada
masa kepemimpinan Nizam al-Mulk.
PEMIKRAN PENDIDIKAN NIZAM AL-MULK DALAM KONTEK HISTORIS
Kemenangan Bani saljuk atas dinasti Buwaihi di Irak dan
berhasil memasuki kota Baghdad merupakan titik awal kemenanagan golongan
Ahlussunah wal Jamaah terhadap Syiah. Penguasa Bani Saljuk merasa
bertanggungjawab untuk melanc`rkan propaganda melawan Syi’ah yang telah
ditanamkan oleh Bani Buwaihi. Keinginan untuk menghidupkan kembali ajaran ahli
Sunnah wal Jamaah mendorong Bani Saljuk
untuk menyiarkan ajaran agama yang sebernya dalam kontek sunni.
Kemudian Nizam al;Mulk mempelopori pendirian
madrasah-madrasah. Madrasah Nidhomiyah di Baghdad merupakan madrasah yang
pertama kali didirikan oleh Nizam al-Mulk pada bulan Dzulhijjah tahun 457 H.
yang diarsiteki oleh Abu Said al-Shafi[5]. Selain itu dia juga mendirikan
madrasah-madrasah di daerah daerah lain
di bawah kekuasaan Bani Saljuk. Pendirian madrasah madrasah disamping untuk
mengembangkan pendidikan Islam juga sebagai media untuk menanamkan
ajaran-ajaran dari paham Sunni.
Madrasah Nizamiyyah didirikan dengan tujuan :
Pertama, menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi
pemikiran Syiah. Kedua, menyediakan guru-guru Sunni yang cukup untuk
mengajarkan madzhab Sunni dan menyebarkan ke tempat-tempat lain. Ketiga,
Membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan
pemerintah, memimpin kantornya, khususnya di bidang peradilan dan menejemennya.
Terwujudnya madrasah sebagai institusi yang mandiri terpisah
dari masjid di dasarkan atas tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin luas dan
menuntut tingkat penanganan yang lebih serius dan terencana. Sehingga Von
Kremer seorang ahli ketimuran yang berkebangsaan Jerman mengatakan: “bukan
kamar di masjid yang menuntut agar dikembangkan menjadi madrasah akan tetapi
kemajuan ilmu pengetahuanlah yang mencetak orang-orang yang melihat betapa
sulitnya menjalani kehidupan yang layak dan terhormat nelalui pengajaran yang
bersifat abstrak”
Untuk memberikan kesempatan belajar yang lebih layak, maka
didirikan madrasah yang lebih memungkinkan dan kondusif untuk proses belajar mengajar.
Alasan lain pemindahan madrasah dari masjid adalah alasan
yang bersifat etis yang terkait dengan fungsi pelaksanaan ritus-ritus ibadah
yang menuntut adanya ketenangan sedangkan proses Bahkan berisik atau menggangu
ketenangan. Abhkan dengan semakin luasnya pendidikan untuk anak anak akan
menambah bising masjid serta tidak terjaganya masjid dari najis. Dalam kaitannya dengan ini Rasulullah pernah
memerintahkan untuk menjaga masjid dari keramaian anak-anak karena biasanya
mereka tidak bisa menjaga kesucian.
DR. H. Maksul berpendapat bahwa dan telah dipertimbangkannya
kembali masjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan ada tiga alasan:
Pertama, Kegiatan pendidikan di masjid dianggap telah
mengganggu fungsi utama lembaga itu sebagai tempat ibadah.
Kedua, berkembangnya kebutuhan ilmiah sebagai akibat
perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, banyak
ilmu yang tidak bisa lagi diajarkan di
masjid. Dalam kaitan tersebut Ahmad
Salabi menyatakan bahwa: “ ilmu berkembang dengan perkembangan zaman,
pengetahuan pun lebih maju lagi”.
Ketiga, timbulmya orientasi baru dalam
penyelenggaraan pendidikan sebagai guru
mulai berfikir untuuk mendapatkan rizki
melalui kegiatan pendidikan. Dikatakan ada diantara pengajar yang pekerjannya
sepanjang hari mengajar dan arena itu berusaha untuk memperoleh penghasilan
yang memamdai. Untuk menjamin hal itu maka
dibangun lembaga, lembaga lain yaitu madrasah, karena jaminan seperti
itu tidak diperoleh di masjid.
Dalam kajian yang lebih terfokus pada madrasah Nizamiyah
pada abad pertengahan di Baghdad, Makdisi mengajukan teori bahwa asal-musal
pertumbuhan madrasah merupakan hasil
tiga tahap yaitu tahap masjid, tahap
masjid khan dan tahap madrasah.
Tahap masjid berlangsung terutama pada abad ke delapan dan kesembilan, masjid
dalam konteks ini bukanlah masjid yang berfungsi sebagai tempat jamaah sholat
bagi seluruh penduduk kota, yang bisa dikenal dengan masjid jami’, Masjid Raya,
atau Cathedral Mosque atau Conggregatual Mosque. Masjid masjid seperti ini
biasanya diatur oleh negara dan tidak terbuka untuk pendidikan. Agama bagi
umum. Masjid yang dimaksud sebagai tempat pendidikan adalah masjid biasa
(masjid college) yang disamping sebagai tempat ibadah shalat juga sebagai
temapt majlis taklim (pendidikan). Di Baghdad pada masa itu terdapat
beribu-ribu masjid jenis yang terakhir ini di berbagai temapat yang menyebar.
Para penguasa seperti Daul al-Daulah (wafat 965) Alh Sahib Bin Abda 9 wafat
995) dan Di’lil Al Sijiztani (wafat 965) merupakan pelopor orang yang mendukung perkembangan masjid
untuk pendidikan ini.
Tahap kedua adalah masjid khan, yaitu masjid yang dilengkapi
bangunan khan (asrama pemondokan) yang masih bergandengan dengan masjid.
Berbeda dengan masjid biasa. Masjid khan menyediakan temapt penginapan yang representative bagi pelajar yang berasal
dari luar kota, tahap ini berkembang pesat pada abad kesepuluh.
Setelah dua tahp
berkembang barulah muncul madarsah yang khusus
diperuntukan sebagi lembaga pendidikan. Madarasah de3ngan demikian
menyatukan dengan lembaga masjid biasa dengan masjid khan. Kelompok madrasah
terdiri dari ruang belajar, ruang pemondokan dan masjid, menurut Makdisi,
perkembangan madrsah dalam polanya yang
kongkrit dipelopori oleh Nizam al-Mulk.
INTERVENSI POLITIK DALAM PENDIRIAN MADRASAH
Musuh yang
dihadapi oleh Dinasti Saljuk yang sunni
ini adalah Dinasti Fatimiyah di Mesir yang beraliran Syiah. Ketetapan awal
untuk membina lemabga pendidikan (madrasah) ialah karena suatu pertimbangan
bahwa untuk melawan Syiah tidak cukup dengan ekuatan senjata, melainkan juga
harus melalui penananman ideology yang dapat melawan ideology Syiah.[12]
Pertimbangan ini dilakukan karena Syiah sangat aktif dan sistematik dalam
melakukan indoktrinasi melaluli pendidikan
atau aktivitas pemikiran yang lain.
Madarasah sebagai lembaga baru yang didirikan Nizam Al Mulk
ini dirancang sebagi sebuah lemabaga
Negara utnuk meningkatkan indoktrinasi
agama berdasarkan agama Islam Sunni dan
indoktrinasi politik bergaya gaya Turki dan Parsi. Dari gambaran tersebut
nampaknya bahwa pendirian madrasah oleh Nizam Al Mulk itu sangat sarat dengan
muatan politik dan agama dalam konteks Sunni. Adapun motif politik yang
melandasinya adalah usaha untuk mempertahankan kedudukan penguasa dengan
mendiriksn madrasah yang lengkap dengan fasilitas sebagai upaya untuk menarik
simpati rakyat.
Intervensi politik pada masa pendirian Madrasah Nizam Al
Mulk (madrasah Nidomiyah) akan sangat nyata apabila kita telusuri dari
intervensi pemerintah dalam menetapkan tujuan-tujuannya, menentukan kurikulum,
guru dan dana pendidikan, seperti yang diungkapkan Abd. Madjid al;Futuh:”
Madarasah Nidzamiyah merupakan lembaga pendidikan resmi dan pemenritah terlibat
dalam menetapkan tujuan-tujuannya, menggariskan kurikulum, memilih guru, dan memberikan dana yang
teratur kepada madrasah.
Akan tetapi Makdisi berkesimpulan lain bahwa Madrasah
Nidzamiyah tidak dicampuri oleh Negara ialah akrena berkaitan dengan pilihan
terhadap salah satu madzhab dari madzhab Sunni yang berbeda dari madzhab yang
dianut raja Saljuk. Baik Alp Arsalan maupun Malik Syah. Nizaqn Al Mulk memilih
mengajarkan madzhab safi’i dengan kalam Al-Asy’ariyah sesuai dengan madzhabnya
sendiri. Padahal Raja –Raja Saljuk penganut
fanatic madzhab Hanafi dengan
aliran kalam Maturidiyyah.
Relitas seperti ini rupanya bukan menjadi maslah bagi
Raja-Raja Saljuk yang penting bagi mereka adalah kelanggengan kekuasaannya.
Dengan demikian sikap membiarkan NIzam Al-Mulk untuk mengambil pra karsa
demikian merupakan bagian dari strateginya pula. Yang penting adalah kekuatan
Nizam Al Mulk dan penganut madzhabnya dapat dimanfaatkan untuk melaawan Syiah
yang waktu itu merupakan musuh utamanya.
Melihat posisi Nizam Al Mulk yang pada awaktu itu sebagi
wazir aktif (perdana menteri) maka hal yang melatarbelakangi pendirian madrasah
ialah motifasi politik yang sangant kental dan masalah ketenagakerjaan yang
tidak dapat dipisahkan dengan kehendak memeperlancar tugas dan pemerintahan
negara baik untuk keuntungan sendiri maupun demi bani Saljuk.
Adanya motof politik dan agama yang menjadi latar belakang
pendirian madrasah Nidzamiyah tersebut tidak menafikan arti positif berdirinya
lembaga tesebut. Arti posistif tersebut berupa adanya penanganan pendidikan
dengan lebih baik dan terencana dengan melibatklan sumber daya dan sumber dana
yang memadai yang dilakukan oleh Negara
MENEJEMEN MADRASAH NIDZAAMIYAH
Madrasah Nidzamiyah
yang didirikan oleh Nizam Al Mulk di Bghdad dan madrasah madrasah lainnya dibawah kekuasaan bani Saljuk sudah mempunyai
system menejemen yang cukup baik. Hal
tersebut di atas dilatarbelakangi adanya campur tangan Negara dal`m masalah
pendidikan pada waktu itu, sehingga masalah pendidikan Islam mulai terencana
dengan baik dari mulai tujuan, kurikulum, perekrutan tenaga pendidikan sampai
pada pendanaan dan sarana prasarana. Seperti yang diungkapkan Abd.Al Madjid
al-Futuh’ madrasah Nidzamiyyah merupakan lembaga pendidikan resmi pemerintah
terlibat dalam menetapkan tujuan-tujuannya, menggariskan kurikulum, meilih guru
dan memeberi dana yang teratur kepada madrasah. Yang menarik dari inovasi
pendidikan Nizam Al-Mulk adalah dalam menangani menejemen keuangan madrasah
yaitu dengan mengoptimalkan dana wakaf.[16] Untuk pembiayaan pendidikan. Hal
ini dijadikan alternative solusi untuk menciptakan pendidikan masal yang murah
bagi rakyat denagn fasilitas yang cukup memadai.
Denagan adanya dana yang memadai, para syaikh (kalau
sekarang professor) dan mudarris dapat digaji secara professional atas tugas
tugas pengajaran yang dilakukannya.
Dari uraian di atas maka masalah masalah menejemen pada
pendidikan Nizamiyah sudah cukup tertata dengan baik, artinya bahwa segala
sesuatau yang akan dilakukan sudah terencana, baik dalam masalah sarana dan
prasarana, tujuan, kurikulum, perekrutan
guru sampai pada masalah pendanaan lembaga madrasah Nidzamiyah.
PENUTUP
Demikianlah kajian singkat tentang pemikiran pendidikan
Nidzamiyah dalam konteks historis dan manajemennya, memenag pada kenyataannya
pada Nizam Al-Mulk disamping sebagi wazir namun dia menaruh perhatian yang
besar terhadap pendidikan Islam, terlepas apakah ada motifasi politik dan agama
serta kebutuhan dari tuntutan perkembangan zaman. Manajemen yang ada pada masa
itu juga sudah tertata cukup baik hal ini ditandai dengan pengelolahan lembaga
pendidikan (Madrasah Nidzamiyah) sampai pada pengelolhan tanah wakaf.
DAFTAR PUSTAKA
Baca Abdul Madjid Abdul al Futuh Badawi, Tarikh
al-Syiasyi wa al-Fikri ,
(Al;Mansur:Mathabi’ al;Wafa 1988)
Ahmad Salabi,
At-Tarbiyah al-Islamiyah, Nuzumuha, Falsafatuha, Tarikuha, 1978
Gerge Makdisi, Muslem
Instituttion of Learning in Elephent-Century Baghdad, dalam bulletin Of the School of Oriental and
African Studies 22, 1961
Hamid Hasan Bil
Grami, Konsep Universitas Islam, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1989
Hanun Asrori Sejarah
Pendidikan Islam, PT Logos Wacana Ilmu, Ciputat 1999
MAksum, DR. Madrasah,
sejarah dan Perkembangannya, Jakarta, Tiarawacana, 1999
[1][1] Muhammad
Athiyah Al-Abrosy, At TArbiyahAl-Islamiyah wa Falsaftuha, Darul Fikr, tt, hal
72
Mehdi Nekosteen,
Kontribusi Islam atas Intelektual Baarat, Deskripsi analisis abad keemasan
Islam. Surabaya, risalah Gusti,1996
==== Link Sumber Klik disini ====