A. Menciptakan Suasana Belajar di Kelas yang Menyenangkan
Salah satu hal yang harus
dikedepankan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah
menyertakan partisipasi siswa di dalam kelas. Selain untuk membangun komunikasi
dengan siswa, pengajar juga dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan bagi
para siswa. Jika situasi ini tak terbangun, bisa jadi siswa akan merasa
canggung berbicara dengan guru dan komunikasi tidak akan berjalan baik.
Akibatnya, pengajar juga akan mengalami kesulitan untuk mengetahui apa yang
menjadi keinginan siswa. Beberapa tips yang dapat menjadi panduan dalam
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan:
1. Ciptakan iklim yang nyaman buat anak
didik Anda
Iklim yang nyaman akan
menghilangkan kecanggungan siswa, baik sesama guru maupun antar siswa sendiri.
Hal ini juga bisa mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, sehingga
komunikasi antara pendidik dan anak didik dapat terbangun. Sebagai pengajar,
Anda dapat menjelaskan kepada siswa bahwa tidak akan ada siswa lain yang akan
mengejek ketika ia bertanya. Beri motivasi kepada siswa bahwa dengan bertanya,
akan memudahkannya untuk lebih mengetahui tentang sesuatu hal daripada hanya diam
mendengarkan.
2. Dengarkan dengan serius setiap komentar
atau pertanyaan yang diajukan oleh siswa Anda.
Jika siswa Anda mengajukan
pertanyaan, sebisa mungkin fokus dan memperhatikannya. Meski sederhana, hal ini
akan menumbuhkan kepercayaan diri siswa karena ia merasa diperhatikan.
Seringkali siswa merasa kurang percaya diri sehingga enggan untuk memberikan
kontribusi di dalam kelas. Nah, tugas Anda sebagai pengajar, membangun
kepercayaan diri siswa dengan menunjukkan perhatian-perhatian saat siswa merasa
sedang ingin didengarkan.
3. Jangan ragu memberikan pujian kepada
siswa
Anda juga bisa mencoba dengan
memuji setiap komentar yang diajukan oleh anak didik Anda. Misalnya, "Oh,
itu ide yang sangat bagus" ,atau "Pertanyaan kamu bagus, itu tidak pernah
saya pikirkan sebelumnya”.
4. Beri pertanyaan yang mudah dijawab
Jika hal di atas belum juga
berhasil untuk mengajak siswa memberikan komentar atau pertanyaan, giliran Anda
untuk mengajukan pertanyaan memancing yang bisa membuat anak didik Anda tidak
lagi bungkam di dalam kelas. Pastikan pertanyaan Anda mampu dijawab oleh siswa,
sehingga saat menjawab secara tidak langsung melatih siswa untuk berbicara.
Saat siswa sudah mulai merespon,
beri senyum kepada siswa yang sudah berkomentar. Hal ini akan mengurangi rasa
canggung yang biasa ia perlihatkan.
5. Biarkan siswa mengetahui pelajaran
sebelum kelas dimulai
Minta agar para siswa mempelajari
bahan yang nantinya akan Anda tanyakan. Sehingga, ia akan mempersiapkannya
terlebih dulu. Jika saat anda bertanya dan para siswa tidak merespon, ubah
format pertanyaan anda yang hanya membutuhkan jawaban "ya" atau
"tidak".
6. Controlling
Kontrol para siswa dengan alat
kontrol yang Anda miiliki. Gunanya adalah untuk mengetahui seberapa banyak
siswa yang biasanya berpartisipasi dalam kelas. Jika Anda menemukan beberapa
siswa yang tingkat partisipasinya dalam kelas sangat kurang, maka ajak ia
berkomunikasi secaraa pribadi. Mungkin dengan begitu ia akan merasa percaya
diri. Selain itu, jika yang Anda temukan hanyalah permasalahan kurang percaya
yang menjadikannya diam selama kelas berlangsung, maka tugas Anda selanjutnya adalah
memberi ia tugas yang bisa membantunya untuk berkomunikasi. Misalnya, tugas
berpidato dalam kelas.
Selain itu, keakraban antara guru
dan siswa sangat menentukan keberhasilan belajar bagi siswa. Jika hal ini
terjalin suasana belajar akan lebih santai dan siswa akan lebih mudah menangkap
pelajaran. Siswa tidak akan merasa sungkan bertanya jika mereka tidak mengerti
karena salah satu jalan membuat siswa cepat mengerti adalah dengan cara
bertanya. Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap
peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan
peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik yang lain.
Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan
kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan
diterima oleh peserta didik. Penguasaan terhadap semua ketrampilan mengajar di
atas harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis,
misalnya melalui pembelajaran mikro.
Seluruh sekolah yang bertaraf
nasional dan internasional, jumlah siswa dibatasi dalam setiap kelas maksimal
32 siswa. Hal ini ditetapkan agar guru bisa lebih mudah memberikan pelajaran
dengan baik dan siswa juga akan mudah menangkap yang nantinya akan mendapatkan
hasil yang baik pula. Selain itu juga bagian sarana dan prasarana disekolah
akan lebih mudah menyediakan alat praktikum sesuai dengan jumlah siswa seperti
komputer, alat praktik IPA, peralatan olahraga, labor bahasa dan lain-lain. Dan
juga guru menyampaikan materi pembelajaran dikelas dengan menggunakan alat
multimedia. Bagi guru yang kreatif mereka membuat animasi karikatur dalam
pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh. Bagian kurikulum juga harus
memikirkan bagaimana agar siswa juga
dapat menerima pembelajaran dengan baik dengan cara menyusun jadwal pelajaran
dengan rapi. Dalam satu hari siswa jangan diberikan pelajaran yang berumus,
harus diselingi dengan mata pelajaran yang lainnya.
B. Menciptakan Lingkungan Kelas yang Menarik
Suasana belajar adalah faktor
penentu keberhasilan mencapai sasaran belajar. Prinsip belajar orang dewasa dan
anak-anak pada hakekatnya sama yaitu melalui penjelajahan (eksplorasi) dan
suasana hati gembira (fun). Seorang guru idealnya kreatif mendesain lingkungan
belajar agar tercipta suasana yang menyenangkan atau dalam istilah Gordon
Dryden disebut orkestrasi lingkungan belajar. Lalu apa yang perlu disiapkan?
Pertama, desainlah ruang kelas yang dengan hal-hal yang membuat
suasana hati ceria. Misalnya menambah gambar-gambar di dinding kelas sesuai
tema pelajaran, bunga, ruangan yang bersih, aneka hiasan warna-warni dan tata
letak meja dan kursi dan pencahayaan ruangan yang memadahi. Mengapa ini penting?
Sebab penyerapan informasi dari proses belajar banyak berlangsung dalam pikiran
bawah sadar. Siswa menyerap materi pelajaran tanpa memikirkannya secara sadar.
Oleh karenanya pikiran bawah sadar harus dirangsang sedemikian rupa agar
responsif.
Kedua, Bila perlu ciptakan suasana kelas yang mirip pesta, ada
balon, lampion, dan hiasan-hiasan dinding.
Ketiga, siapkan musik pengiring ketika presentasi atau ketika siswa
mengerjakan tugas-tugas yang sebelumnya telah direncanakan. Akan lebih baik
jika memakai musik klasik yang direkomendasikan oleh Dr Lazanov. (Mozart,
vivaldi, Bethoven).
Keempat, seluruh atmosfer kelas harus benar-benar bersahabat, tidak
ada tekanan, apalagi ancaman.
Stocwell (seorang pelatih
pendidikan terkemuka di Eropa) menjelaskan bahwa poster berwarna di dinding
yang didesain dengan baik sangatlah penting karena merangsang periferal otak.
Kehadirannya yang konstan di ruang kelas menyampaikan isinya di memori otak
walaupun tidak disadari oleh anak. Stocwell juga menjelaskan tentang psikologi
warna. Merah adalah warna peringatan, biru melambangkan kesejukan, kuning warna
kecerdasan, hijau dan coklat mempunyai efek menentramkan, hangat dan ramah.
Poster yang baik dapat membuat kesan di memori jangka panjang, menciptakan
gambaran memori yang dapat dipanggil kembali jika dibutuhkan, walaupun tidak
pernah dipelajari secara sadar.
C. Langkah Inovatif untuk Menggairahkan Nafsu
Belajar Siswa
Sering kita temukan di lapangan
bahwa kondisi persekolahan kita, khususnya Sekolah Dasar, dikelola apa adanya
dan ala kadarnya. Terutama hal yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan lingkungan sekolah dan keadaan ruangan kelas. Seperti terlihat pada
kondisi ruang kelas yang ditata monoton dan konvensional, dengan tampilan apa
adanya seperti tampak pada pengecatan dinding sekolah atau pun ruangan kelas
yang kebanyakan dicat dengan warna putih polos, kuning polos, dan warna–warna
lain yang serba polos. Ini sudah lumayan bagus, artinya kondisi kelas yang
demikian sudah terlihat bersih.
Gambar–gambar yang dapat
menciptakan nuansa keindahan dan nuansa lain dari suatu kegiatan dan kebiasaan
yang bersifat konvensional jarang kita temukan. Memang kita sadari bahwa
eksistensi persekolahan di negara kita tercinta ini cukup bervariasi, mulai
dari yang tidak layak pakai mungkin karena dinding mau roboh, genteng yang mau
berjatuhan, plafon banyak yang jebol, dan siap untuk berjatuhan dan berbagai
kondisi lain yang sangat memprihatinkan. Kita berharap kondisi yang sedemikian
parah semacam ini segera dibenahi dan ditangani. Karena bagaimana bisa kita
menciptakan suatu lingkungan yang indah kalau kondisinya saja sangat
memprihatinkan.
Namun tidak berarti bahwa
komunitas yang ada pada sekolah yang ada pada kondisi yang demikian menjadikan
guru dan warga sekolahnya menjadi kehilangan kreatifitas untuk menciptakan
hal–hal yang inovatif demi terciptanya lingkungan belajar yang indah, asri dan
elok dipandang mata sehingga pada akhirnya tercipta suasana yang menyenangkan.
Bab ini mengacu pada adanya suatu inovasi, yaitu bagaimana mengoptimalkan
kondisi kelas (classical conditioning) dan penciptaan lingkungan sekolah agar
dapat dipakai dan dimanfaatkan, dan dioptimalkan sehingga merupakan bagian yang
tidak terpisahkan atau merupakan bagian yang integral dengan kegiatan pembelajaran.
Artinya ruangan kelas jangan hanya menjadi dinding pembatas yang membatasi
siswa di ruang kelas pada satu sisi, dengan lingkungan di luar kelas pada sisi
lain. Demikian pula dengan lingkungan sekitar sekolah, terutama dinding–dinding
sekolah jangan hanya menjadi benda mati yang menjadi dinding pemisah antara
lokal yang satu dengan lokal yang lain, atau menjadi pembatas antara lingkungan
sekolah sendiri dengan lingkungan luar sekolah.
Langkah inovatif yang dapat
dilakukan adalah bagaimana eksistensi dinding–dinding kelas yang pada dasarnya
benda mati tersebut menjadi bermakna dan berbicara terhadap siswa pada
khususnya dan bagi seluruh warga sekolah pada umumnya. Yang menjadi pertanyaan
adalah bagaimana menciptakan dinding–dinding sekolah dan ruang–ruang kelas yang
mati ini menjadi lebih hidup, menjadi bermakna, dan pada akhirnya dapat
menggairahkan nafsu belajar siswa?
Jawaban dari pertanyaan di atas
tidak lain adalah diperlukan suatu langkah kreatifitas dari seorang guru, dan
hal ini tentunya merupakan suatu langkah inovatif yang pada kenyataannya akan
berbeda dengan kondisi realita dan mayoritas yang ada di lapangan saat ini.
Pada kebanyakan orang dan pada kebanyakan guru bisa saja hal ini dianggap
kegiatan yang mengada–ada. Namun justru di sinilah letak nilai inovatif itu
sendiri muncul, sebab kegiatan yang bersiafat inovatif akan dirasakan hal yang
asing oleh orang lain, sebab hal semacam itu sebelumnya jarang atau bahkan
mungkin belum ada.
Pertanyaan yang mungkin timbul
yaitu bagaimana, dan kreatifitas semacam apa yang dapat membedakan kondisi
ruang kelas dan kondisi lingkungan sekolah konvensional dengan kondisi ruang
kelas dan lingungan sekolah yang disentuh dengan nuansa kreatifitas sehingga
memiliki nuansa estetis dan bermakna bagi siswa? Kegiatan ini merupakan suatu
keniscayaan untuk dilakukan oleh guru di lapangan, yaitu dengan memberikan
sentuhan–sentuhan seni pada dinding–dinding ruang kelas, gedung, dan pagar
sekolah. Sentuhan seni itu berupa penuangan warna-warna ceria, serasi dan
kolaborasi beberapa warna pada dinding kelas atau pun dinding sekolah. Tidak
hanya sampai di sini di samping pemaduan beberapa warna ceria yang relevan
dengan dunia anak, kita juga harus mengisi ruang–ruang yang kosong dari dinding
tersebut, dengan lukisan yang sengaja dibuat oleh guru, bersifat monumental dan
bernilai estetis. Di samping itu dapat dipadukan gambar-gambar yang bervariasi
dan relevan dengan pembelajaran. Relevan dengan pembelajaran maksudnya gambar
yang dituangkan merupakan upaya untuk mendekatkan anak dengan materi pelajaran
yang dipelajari pada kelas tertentu, misalnya pada pelajaran IPA, ada
meteri-materi tertentu yang bisa berupa sajian gambar yang menarik siswa bila
dituankan pada dinding sekolah, seperti : gambar gerhana, solar sistem,
simbiosis, pertumbuhan tumbuhan, cara–cara perkembangbiakan, dan lain–lain.
Demikian juga seperti materi
pelajaran IPS seperti gambar tipe –tipe hewan: Asiatis , Peralihan, Australis,
dan gambar bendera dan lambang ASEAN, merupakan gambar yang sangat menarik bagi
siswa. Apabila materi semacam ini disajikan berupa lukisan atau gambar yang
menarik pada dinding sekolah, materi tersebut pada akhirnya bukan merupakan hal
yang asing bagi siswa. Sebab setiap hari dan setiap saat siswa dapat mengamati
dan melihatnya. Hal itu dimaksudkan supaya dinding sekolah dan ruang kelas
menjadi suatu yang integral dengan kegiatan pembelajaran bernuansa estetis dan
menyenangkan. Lukisan yang tertuang harus menciptakan nuansa dan nilai
keindahan artinya bila kita memandang lukisan itu dapat tercipta suasana batin
yang damai, menyejukkan kalbu. Kondisi semacam ini akan memiliki dampak
psikologis yang sangat dalam bagi penikmat lukisan tersebut khususnya siswa,
yaitu dapat memberikan nuansa rekreatif yang dapat menciptakan suasana
relaksasi bagi otot–otot syaraf yang tegang stress dan semacamnya. Hanya saja
hal yang harus diperhatikan yaitu tata letak dan penempatan dari lukisan itu
sendiri. Lukisan hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga eksistensinya tidak
memecahkan konsentrasi siswa pada saat menerima pembelajaran.
Hal semacam ini memang berbeda
dan dapat menghapus cara–cara lama dalam memanfaatkan ruangan kelas pada
khususnya dan lingkungan sekitar agar lebih bermakna dan menyenangkan bagi
siswa untuk tetap berada di dalamnya. Sehingga dengan kondisi kelas yang
semacam ini siswa dan guru atau siapa saja yang masuk ke kelas ini beranggapan
dan merasa bahwa kelasku adalah istanaku, atau dia beranggapan bahwa sekolahku
adalah sorgaku. Penciptaan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang sedemikian
rupa memang memerlukan kerja ekstra, sebab tidak semua guru dapat melukis.
Apabila hal itu terjadi tentu perlu mengundang orang yang pandai melukis.
Upaya–upaya seperti yang telah dipaparkan oleh penulis tidak lain adalah suatu
kiat agar siswa tidak bosan di sekolah, siswa lebih bergairah dalam
pembelajaran yang pada akhirnya tentunya tercapainya prestasi siswa yang
optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
D. Syarat-syarat Menciptakan Suasana Belajar
yang Baik
Ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi bila mana kita ingin menciptakan suasana belajar yang baik. Yang
dimaksud dengan suasana belajar yang baik adalah suasana dimana proses belajar
dapat berjalan sebaik mungkin. Syarat - syarat itu adalah seperti berikut :
Murid harus mengalami kemajuan
Murid harus menghargai pelajaran
yang disajikan
pengajar harus memperoleh
kepuasan karenanya
Bila ketiga hal tersebut diatas
sudah dapat terpenuhi maka satu syarat terpenting untuk proses belajar dapat
dipenuhi juga. Dengan suasana yang baik pengajar akan merasa senang dan akan
berusaha menyajikan pelajaran sebaik - baiknya. Di lain pihak murid pun akan
merasa puas dan mempunyai motivasi untuk menghayati serta memikirkan secara
kritis hal yang diuraikan oleh pengajar.tetapi kalo suasana belajar tidak baik,
maka proses belajar mengajar pun tidak akan memperoleh hasil yang terbaik.
Jangan pernah percaya bahwa mengajar itu adalah seni yang tidak dapat
dipelajari. Siapa saja yang berminat akan dapat untuk mempelajarinya.
Keterampilan - keterampilan tersebut dapat disamakan dengan keterampilan
mengetik, menulis atau mengendarai mobil. Tujuan terpenting dari kegiatan
mengajar adalah penyampaian ilmu.
E. Belajar Menyenangkan di Luar Kelas
Salah satu kendala dalam
pembelajaran adalah rasa bosan. Entah itu terjadi pada siswa atau guru. Ketika
rasa bosan sudah mempengaruhi proses belajar mengajar, ada beberapa hal yang
dilakukan siswa. Misalnya:
Ngobrol dengan teman sebangku via
memo. Seolah-olah siswa tersebut mencatat hal penting yang disampaikan guru.
Pada kenyataannya mereka sedang asik berbincang tentang hal yang lebih menarik
(musik, film, gossip, bahkan tak jarang membicarakan guru yang sedang
mengajar).
Menggambar. Hal kedua yang sering
dilakukan siswa ketika bosan dengan suasana belajar yang itu-itu saja.
SMSan, FB-an, dll.
Tentunya sangat tidak
menyenangkan jika seorang guru mengetahui anak didiknya berperilaku seperti
itu. Dalam hati sudah merasa bahwa upaya menyampaikan pelajaran sudah maksimal.
Namun kenyataannya masih ada pula siswa yang merasa bosan. Dalam hal ini jangan
menyalahkan siswa saja. Guru pun harus intropeksi diri, sudah tepatkah cara
saya dalam menyampaikan pelajaran. Toleransi akan kondisi siswa sangat
dibutuhkan ketika rasa bosan sudah melanda.
Salah satu cara mengatasi hal ini
adalah belajar di luar kelas. Semua cara harus tepat guna. Usahakan ketika
pembelajaran dilakukan di luar kelas, materi yang akan disampaikan bukanlah
materi yang membutuhkan konsentrasi penuh. Contohnya dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Materi pembuatan dan pembacaan puisi sangat bagus diajarkan di luar
kelas. Menciptakan suasana belajar di luar kelas tidak lah sulit.
Pilih materi yang ringan, yang
bisa diselingi dengan permainan dan candaan.
Pilih waktu dan suasana yang
mendukung. Misalnya pada jam terakhir dan langit sedang tidak mendung.
Bagi siswa dalam
kelompok=kelompok kecil supaya lebih terkondisikan.
Mulai proses pembelajaran dengan
berbagi ide dengan siswa.
Perlu diketahui tidak semua
materi pelajaran dapat dibawa ke luar kelas. Jadi sesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Baik itu kondisi cuaca, materi, siswa, dan guru.
F. Peran Guru dan Orang Tua dalam Menciptakan
suasana Belajar yang Menyenangkan
Rasa senang dalam belajar adalah
masalah suasana hati. Ini diperoleh melalui perlakukan guru dan orang tua
melalui dorongan dan motivasi mereka. Sebenarnya yang diperlukan oleh siswa
dalam belajar adalah rasa percaya diri. Maka tugas orang tua dan guru tentu
saja menumbuhkan rasa percaya diri mereka.. Dari pengalaman hidup, kita sering
menemukan begitu banyak anak yang ragu-ragu atas apa yang mereka pelajari,
sehingga mereka perlu didorong dan diberi semangat lewat kata – kata dan
perlakuan.
Jika anak merasa kurang percaya
diri, maka anak perlu dibantu. Coba menemukan hal hal positif pada dirinya dan
pujilah dia agar rasa percaya dirinya bisa datang. Komentar -komentar positif
dapat membangkitkan percaya diri mereka. Orang belajar memang tergantung pada
faktor fisik (suasana lingkungan), faktor emosional (suasana hati) dan faktor
sosiologi atau lingkungan teman, guru, orang tua dan budaya sekitar. Rasa
senang dalam belajar dapat tercipta jika terjalin keakraban antara guru dan
siswa. Keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan belajar
bagi siswa. Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai, lebih bisa
mengungkapkan idenya sehingga lebih kreatif, anak akan lebih termotivasi ikut
belajar sehingga siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran. Anak tidak akan
merasa sungkan bertanya jika mereka tidak mengerti karena salah satu jalan
membuat siswa cepat mengerti adalah dengan cara bertanya.
Menciptakan suasana akrab dengan
siswa bukanlah hal yang sulit. Guru perlu menciptakan suasana bahwa pada saat
belajar, guru dan siswa sedang belajar. Bahwa pada saat itu mereka juga
didengar ide, pendapat dan kreatifitasnya, guru akan menjadi pengarah dan
fasilitator mereka dalam belajar. Dan guru perlu bersikap adil terhadap
siapapun, artinya siswa perlu diperhatikan sesuai porsinya. Misalnya anak yang
pintar perlu diarahkan untuk lebih memperhatikan temannya yang kurang pintar.
Anak yang nakal perlu diaktifkan untuk lebih berperan dalam proses belajar
misalnya dengan menunjuk anak tersebut untuk membantu menertibkan teman – temannya.
Guru menegur dan marah juga harus pada tempatnya dan ada alasannya. Dan salah
satu cara untuk menciptakan suasana akrab dengan anak adalah berusaha untuk
mengenal mereka satu persatu.
Senyum guru juga merupakan salah
satu penyemangat belajar bagi siswa. Cukup banyak ruang kelas proses belajar mengajarnya kurang dihiasi
oleh senyum tulus guru. Kecuali senyum jengkel yang akan membuat kelas dan
sekolah kehilangan rasa senang. Apa lagi kalau sekolah/ kelas juga selalu
diguyur oleh tindakan menekan, tindakan mengancam dan tindakan meremehkan pribadi
siswa, dimana pada akhirnya siswa menjadi malas, masa bodoh dan tidak punya
kreativitas sama sekali. Guru yang cuma mengejar target kurikulum, sekedar
tugas mengajar, dan mengabaikan perasaan anak didik akan membuat guru tersebut
(juga mata pelajarannya) menjadi sangat tidak menarik, kreatifitas anak didik
akan tidak berkembang.
Lingkungan belajar melibatkan
orang-orang, perilaku, gagasan, dan suasana hati. Untuk memaksimalkan dorongan
alamiah dalam diri anak, lingkungan belajarnya harus memenuhi beberapa
persyaratan. Anak membutuhkan lingkungan yang menanggapi perilakunya. Lebih
cepat dan lebih konsisten tanggapan yang diberikan kepadanya, maka lebih cepat
ia akan belajar. Persyaratan utama yang lain adalah kebebasan. Anak merasa
tidak aman bila tidak ada batasannya. Dengan memberikan batasan tertentu, anak
cukup leluasa untuk menyelidiki. Untuk menumbuhkan semangat kemandirian pada
anak anda dan kemampuan untuk mengambil inisiatif, berikan dia kesempatan untuk
memilih apa yang anda berdua ingin lakukan atau pelajari.
Anak anda juga memerlukan
lingkungan yang dapat membantu mengembangkan imajinasinya. Bantulah anak dengan
membacakan buku-buku yang penuh imajinasi dan bercerita menurut versi anda
sendiri. Dengan demikian, anak akan tahu bahwa tidak semua cerita bersumber
dari buku dan ia pun dapat mengarang ceritanya sendiri. Ingat, memberikan
contoh adalah guru terbaik. Semakin anda tunjukkan kepada anak bahwa anda suka
membaca dan menulis, dan bahwa anda sangat senang dan berminat dalam belajar,
semakin besar keinginan anak untuk mencontoh anda. Anak tertarik untuk meniru
anda bila bersama-sama melakukan yang anda kerjakan. Libatkan anak dalam
membahas berita di halaman depan surat kabar, atau sempatkan untuk menjelaskan
isi buku yang sedang anda baca.
Akhirnya, ingatlah bahwa anda
tidak dapat memaksa anak untuk ikut dalam pengalaman belajar, dan jangan pernah
mencobanya. Bila anda memandang proses belajar belajar dengan cara yang sama
dengan anak anda, yaitu sebagai suatu permainan yang berkelanjutan, hidup dan
menarik, maka anda berdua pasti akan menikmatinya.
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan dalam Proses Belajar-Mengajar
Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Faktor ini diantaranya adalah
ketenangan, kesabaran, kasih sayamg, dan kebetahan siswa dalam kelas. Selama
ini sering kita jumpai di kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung,
saat guru menerangkan beberapa murid asyik bercerita dengan temanya, berjalan-jalan,
atau bermain sendiri.
Tentu saja hal seperti diatas
bisa membuat guru merasa tersinggung dan tidak dihormati. Tetapi mungkin juga
guru merasa cuek,terserah yang penting sudah melaksanakan kewajibannya.
Pengalaman seperti itu merupakan hal menarik untuk disimak. Sebagai guru
kreatif, inovatif dan profesionaltentu kita tidak ingin mengalami hal-hal
seperti itu. Sebaiknya kita belajar dan terus belajar supaya peristiwa tersebut
tidak menimpa kita sebagai guru.
- Pembelajaran yang menonton
Salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya permasalahan dikelas adalah guru yang selalu menonton
dalam mengajar. Mereka hanya menyampaikan pengetahuan secara sepihak tanpa
berusaha melibatkan mental psikologi anak.
Dalam Kegiatan Belajar mengajar
(KBM). Guru hanya memposisikan anak secara pasif. Siswa hanya dipersiapkan
menerima ilmu pengetahuan dari guru yang menggunakan metode ceramah dengan
program 30 CH (duduk,dengar,diam,catat, dan hafal). Seperti kita ketahui siswa
adalah makhluk unik, sehingga pendidik harus memiliki pemahaman terhadap
kebutuhan peserta didiknya. Sebagai guru profesional sudah selayaknya berusaha
meningkatkan penguasaan materi pembelajaran dengan beberapa pendekatan yang
bisa memberikan hasil belajar yang optimal.
Siswa usia SD berada pada fase
paling kreatif dalam hidup manusia karena mereka dalam usi bermain. Kenyataanya
sejak pagi hingga siang, mereka harus belajar di kelas dengan kondisi tersiksa,
mereka tidak boleh bicara, tapi harus duduk rapi, tangan di meja melihat bapak
ibu guru menyampaikan materi. Oleh karena itu, seorang guru yang profesional
harus bisa mencari dan menggunakan metode yang sesuai, sehingga suasana belajar
di kelas tanpa tekanan.paksaan.
- Pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM.
Sebagai seorang kreator proses
belajar mengajar, seharusnya guru mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk
mengkaji apa yang menarik minat, bakat, serta mengekspresikan ide-ide dan
kreatifitasnya. Tapi pada kenyataanya masih banyak pembelajaran yang cenderung
bersifat teoritis dan tidak terkait dengan lingkungan siswa berada.
Kondisi seperti ini menyebabkan
peserta didik ( siswa ) jenuh dan tidak betah di kelas. Agar tugas guru dalam
KBM menjadi maksimal. Siswa merasa nyaman dan senang ketika pembelajaran
berlangsung, maka guru harus pandai meramu KBM tersebut.
PAIKEM merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang bisa membuat suasana di kelas menjadi asyik dan
efektif. PAIKEM singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan menyenangkan.
Aktif dimaksudkan dalam
pembelajaran guru garus menciptakan suasana yanga membuat siswa aktif bertanya
serta mengemukakan pendapat.
Peran aktif siswa sangat penting
dalam rangka pembentukan generasi kretif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain. Inovatif, guru harus mampu membuat
perubahan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode,
sehingga siswa merasa enjoy belajar.
Kreatif, juga dimaksudkan agar
guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan tentu saja suasana belajar mengajar yang
menyenangkan.
Dengan pendekatan PAIKEM
diharapkan siswa dapat memusatkan perhatian secara penuh pada waktu belajar.
Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Secara garis besar PAIKEM bisa
digambarkan sebagai berikut, Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan untuk
mengembangkan pemahaman dan kemampuan dengan penekanan pada belajar melalui
berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkit
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagi sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
- Mengajar menggunakan bahasa cinta
Untuk membuat suasana belajar
dikelas menyenangkan dan menarik minat siswa untuk belajr lebih giat, maka guru
harus dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan siswa. Karena siswa itu
sendiri sebagai manusia yang memiliki rasa cinta jangan sampai membuat julukan
negatif pada seorang guru gara-gara selalu marah dan berteriak
Bahasa cinta merupakan salah satu
kunci sukses bagi semua guru untuk membangun sebuah hubungan yang indah dengan
siswaagar tercipta suasana menyenangkan. Seorang guru dapat membangun hubungan
yang indah dengan siswa jika mau berbuat.
- Mengakui kesalahan yang pernah
dilakukan
Guru adalah sosok yang di kagumi,
dihormati, sehingga akan menjadi sangat memalukan baginya untuk mengakui
kesalahan yang mungkin telah di perbuat kepada para siswanya. Kewibawaan
seorang guru akan terlihat dari apa yang telah ia lakukan. Sikap mengakui
kesalahan dan mau minta maaf menunjukkan kebersihan hati seseorang .
- Pujian untuk meningkatkan
motivasi belajar
Jangan pelit memberi pujian
kepada siswa atas keberhasilan yang di capai. Setiap usaha yang telah dia
lakukan dalam pembelajaran tenyata mampu meningkatkan motivasi belajar dengan
memberi pujian berarti seorang guru sedang menumbuhkan kepercayaan diri pada
siswanya.
- Memberi kesempatan berfikir
kreatif
Menanyakan dan memberikan pilihan
kepada siswa dalam proses pembelajaran akan membuat siswa berlatih mengambil
keputusam sendiri tanpa ada paksaan. Siswa akan terdidik untuk berpikir kreatif
dalam mencari pemecahan suatu masalah.
- Mau menghargai orang lain
Kata terimah kasih merupakan
ungkapan yang bermakna luas, ketika seorang siswa mampu mengatakan terimah
kasih baik kepada teman atau gurunya berarti dia memiliki kepekaan bahwa apa
apa yang telah berhasil ia dapatkan bukan semata-mata kehebatanya sendiri
melainkan ada orang lain yang turut membantu. Dari sinilah siswa dapat belajar
untuk menyadari bahwa bekerja sama merupakan hal yang sangat baik untuk di
lakukan.
Dengan bahasa cinta, hubungan
yang kaku antara guru dan murid sudah saatnya di ubah menjadi hubungan yang
harmonis penuh kasih sayang. Dengan demikian akan mencetak calon-calon generasi
yang unggul di masa mendatang. ***