Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengubah seseorang
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak berakhlak menjadi berakhlakul karimah.
Pengertian pendidikan islam secara bahasa artinya “tarbiyah, ta’lim, dan
ta’dib”. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia
dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling
berkaitan satu sama lain, sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan islam
informal, formal dan non formal.
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai
usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam
masyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dapat
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya, sesuai dengan
cita-cita islam karena nilai-nilai islam telah menjiwai kepribadian seseorang
dan mempedomani kehidupan manusia muslim dalam aspek duniawi dan ukhrawi.
Ahmad D. Marimba (1980:45) mengartikan pendidikan islam
sebagai usaha untuk membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah berdasarkan
nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam menuju terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran islam.
Pendidikan menjadi bagian utama dalam pendidikan Islam
(zuhairini dkk., 2004:152). Oleh sebab itu hakikat pendidikan islam dapat di
artikan secara praktis sebagai hakikat pengajaran Al-Qur’an dan As-Sunah.
Jadi, ilmu pendidikan islam adalah kumpulan pengetahuan yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dijadikan landasan pendidikan.
Hasan Langgulung (1980:23) mengatakan bahwa pendidikan Islam
adalah pendidikan yang memiliki empat fungsi macam, yaitu:
1. Fugsi
edukatif, artinya mendidik dengan tujuan memberikan ilmu pengetahuan kepada aak
didik agar terbebas dari kebodohan
2. Fungsi
pengembangan kedewasaan berpikir melalui proses transmisi ilmu pengetahuan
3. Fungsi
penguatan keyakinan terhadap kebenaran yang diyakini pemahaman ilmiah
4. Fungsi ibadah
sebagai pengabdian sang pencipta yang telah mengangerahkan kesempurnaan jasmani
dan rohani kepada manusia
Tokoh-Tokoh
Pendidikan Islam
1. Ibnu Miskawaih
Nama lengkap beliau adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’kub Ibn
Miskawaih. Ia lahir pada tahun 320 H/932 M. di Rayy, dan meninggal di Isfahan
pada tanggal 9 shoffar tahun 412 H/16 Februari 1030 M. Ia hidup pada masa
pemerintahan dinasti Buaihi (320-450 H/932-1062 M) yang sebagian besar
pemukanya bermazhab Syi’ah.
Pada dasarnya untuk memahami pemikiran Ibn Miskawaih
tentunya tidak bisa dilepaskan dari konsepnya tentang manusia dan akhlak.
Berikut uraiannya :
a. Konsep Manusia
Ibnu Miskawaih memandang bahwa manusia sebagai makhluk yang
memiliki macam-macam daya. Yaitu:
1. Daya nafsu
(Sebagai daya terendah yang berasal dari unsur materi)
2. Daya berani
(Sebagai daya tengah yang juga berasal dari unsur materi )
3. Daya berpikir
(Sebagai daya tertinggi yang berasal dari ruh Tuhan)
Dari beberapa pembagian tentang manusia tersebut, ibn
Miskawaih mempunyai pandangan bahwa daya nafsu dan daya berani akan hancur
bersama badan, akan tetapi daya berpikir tidak akan pernah mengalami
kehancuran.
b. Konsep Akhlak
Konsep akhlak yang di
tawarkan oleh Ibn Miskawaih lebih di dasarkan pada doktrin jalan tengah. Dengan
pengertian bahwa jalan tengah adalah dengan keseimbangan, moderat, harmoni,
utama, atau posisi tengah di antara dua ekstrem. Akan tetapi Ibn Miskawaih lebih menitik beratkan
pada posisi tengah antara ekstrem kelebihan dan ekstrem kekurangan
masing-masing jiwa manusia. Dari keterangan di atas dapat ditarik sebuah
pemahaman bahwa ibn Miskawaih lebih memberi tekanan pada pribadi.
Menurut Ibn
Miskawaih, jiwa manusia dibagi menjadi menjadi tiga, yakni:
1. al-bahimiyyah,
yaitu menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat
2.
al-ghadabiyah, yaitu kebernian yang diperhitungkan dengan masak untung
ruginya.
3. an-nathiqah.
Yaitu kebijaksanaan.
Ibn Miskawaih
menegaskan bahwa setiap keutamaan memiliki dua sisi yang ekstreem. Yang tengah
bersifat terpuji dan yang ekstrem bersifat tercela.
2. Al-Qabisi
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad Khalaf
al-ma’rifi al-Qabisi. Ia lahir di Kairawan, Tunisia, pada bulan Rajab, tahun
224 H. Bertepatan dengan 13 Mei tahun 936M. Ia pernah merantau ke beberapa
negara timur tengah pada tahun 553 H/963 M. Selama 5 tahun, kemudian kembali ke
negeri asalnya dan meninggal dunia pada tanggal 3 rabi’ul awal 403 H. Selain
ahli dalam bidang hadits dan fikih, Al-Qabisi juga di kenal ahli dalam
pendidikan.
3. Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali Ibn Muhammd Ibn
Habib Al-Basyri. Ia dilahirkan di Basyrah pada tahun 364 H. Bertepatan dengan tahun
974 M. Beliau wafat di Baghdad pada tahun 450 H / 1058 M.
Pemikiran Al-Mawardi dalam bidang pendidikan sebagian besar
terkonsentrasikan pada masalah etika hubungan antara guru dan murid dalam
proses belajar mengajar. Dalam pandangan Al-Mawardi, seorang guru yang memiliki
sikap tawadu (rendah hati) serta menjauhi sikap ujud (besar kepala).
Selanjutnya, selain sikap tawadlu juga harus bersikap ikhlas
serta mencintai tugas-tugasnya sebagai seorang guru. Al-Mawardi juga melarang
seorang mengajar dan mendidik atas dasar motif ekonomi. Dalam pandangannya,
mengajar dan mendidik merupakan aktivitas keilmuan dan tidak dapat disejajarkan
dengan materi.
4. Ibnu Sina
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husayn Ibn Abdullah.
Beliau lahir pada tahun 370 H / 980 M di Afshana, suatu daerah yang terletak di
dekat Bukhara, di kawasan Asia tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari Balkh,
Suatu kota termasyhur dikalangan orang-orang Yunani.
Menurut ibn Sina, tujuan pendidikan harus diarahkan pada
pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya
yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain
itu, pendidikan harus mampu untuk mempersiapkan seseorang untuk dapat hidup
bermasyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang
dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang
dimilikinya.
Khusus mengenai pendidikan yang bersifat jasmani, hendaknya
pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya seperti olahraga, makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan.
Tampaknya, sekilas tentang tujuan pendidikan yang
dikemukakan oleh ibn Sina didasarkan pada pandangan tentang insan kamil
(manusia sempurna). Yaitu manusia yang terbina seluruh potensi dirinya secara
seimbang dan menyeluruh.
5. Al-Ghozali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali. Ia
dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H / 1058 M.
Konsep pendidikan yang di tawarkan oleh Al-Ghozali meliputi tujuan pendidikan,
kurikulum, metode, etika guru dan murid
6. Burhanuddin Az-Zarnuji
Nama lengkapnya adalah Burhanuddin Al-Islam Azzarnuji.
Dikalangan ulama’ belum ada kepastian mengenai tanggal kelahirannya. Adapun
mengenai wafatnya ada dua pendapat yang dapat dikemukakan. Pertama, Burhanuddin
Azzarnuji wafat pada tahun 591H / 1195 M. Kedua, ia wafat pada tahun 840 H /
1243 M.
Konsep yang dikemukakan Azzarnuji secara monumental
dituangkan dalam karyanya Ta’lil Al-Muta’allim Thuruq Al-Ta’allum. Dari kitab
tersebut dapat diketahui tentang konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh
Az-Zarnuji
7. Ibnu Jama’ah
Konsep pendidikan yang di kemukakan oleh Ibn Jama’ah secara
keseluruhan dituangkan dalam karyanya Tadzkirat as-Sami’ Wa Al-mutakallimin fi
adab al-Alim wa al-Muta’allimin. Di dalam buku tersebut ibn Jama’ah
mengemukakah tentang keutamaan ilmu pengetahuan dan orang-orang yang mencarinya
serta etika orang yang berilmu termasuk para pendidik ; kewajiban guru terhadap
peserta didik, mata pelajaran, etika peserta didik, etika dalam menggunakan
literatur serta etika tempat tinggal bagi para guru dan murid
8. Ibnu Taimiyah
Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abd al-Halim bin
Taimiyyah. Beliau lahir di kota Harran, wilayah Syiria, pada hari senin 10
rabi’ul awal 661 H/22 Januari 1263. Dan wafat di Damaskus pada malam senin, 20
Zulkaidah, 728 Hijriah/26 September 1328M. Ayahnya bernama Syihab ad-Din ‘Abd
al-Halim Ibn as-Salam (627-672H). adalah seorang ulama besar yang mempunyai
kedudukan tinggi di Masjid Agung Damaskus.
Pemikiran Ibn Taimiyah dalam bidang pendidikan dapat dibagi
ke dalam pemikirannya dalam bidang falsafah pendidikan, tujuan pendidikan,
kurikulum dan hubungan pendidikan dengan kebudayaan. Tentunya, pemikiran
tersebut di bangun berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.[6]
Tokoh-tokoh
Pendidikan Islam Di Indonesia
Adapun tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia antara
lain:
1) Kyai Haji Ahmad
Dahlan (1869-1923)
K.H Ahmad
Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama kecilnya Muhammad
Darwis, putra dari K.H Abu Bakar Bin Kyai Sulaiman, khatib di Masjid besar
(Jami’) kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim, seorang
penghulu Setelah beliau menamatkan pendidikan dasarnya di suatu Madrasah dalam
bidang Nahwu, Fiqih dan Tafsir di Yogyakarta beliau pergi ke Makkah pada tahun
1890 dan beliau menuntut ilmu disana selama satu tahun. Salah seorang gurunya
Syekh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 beliau mengunjungi kembali ke Makkah dan
kemudian menetap di sana selama dua tahun.
Beliau adalah
seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada jemu-jemunya beliau
menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada kesempatan sambil menambah atau
mencocokan ilmu yang telah diperolehnya. Observation lembaga pernah beliau
datangi untuk mencocokan tentang ilmu hisab. Beliau ada keahlian dalam ilmu
itu. Perantauanya kelauar pulau jawa pernah sampai ke Medan. Pondok pesantren
yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak dikunjungi.
Cita-cita
K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, beliau hendak memperbaiki
masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usahanya
ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau ialah bahwa untuk membangun
masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun semangat bangsa. K.H Ahmad Dahlan
pulang ke Rahmatullah pada Tahun 1923 M Tanggal 23 Pebruari dalam usia 55 Tahun
dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup besar dan di segani
karena ketegaranya.
2) K.H Hasim
Asy’ari (1971-1947)
K.H Hasim
Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di Jombang Jawa Timur
mula-mula beliau belajar agama Islam pada ayahnya sendiri K.H Asy’ari kemudian
beliau belajar di pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke
Plangitan Semarang Madura dan lain-lain.
Sewaktu
beliau belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, K.H Ya’kub yang
mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang baik dan sopan santunya yang
harus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan akhirnyabeliau
dinikahkan dengan putri kiyainya itu yang bernama Khadijah (Tahun 1892). Tidak
lama kemudian beliau pergi ke Makkah bersama istrinya untuk menunaikan ibadah
haji dan bermukim selama setahun, sedang istrinya meninggal di sana.
Pada
kunjunganya yang kedua ke Makkah beliau bermukim selama delapan tahun untuk
menuntut ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah beliau membuka
pesantren Tebuiring di Jombang (pada tanggal 26 Rabiul’awal tahun 1899 M)
Jasa K.H
Hasim Asya’ari selain dari pada mengembangkan ilmu di pesantren Tebuireng ialah
keikutsertaanya mendirikan organisasi Nahdatul Ulama, bahkan beliau sebagai
Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar di Indonesia.
Sebagai
ulama beliau hidup dengan tidak mengharapkan sedekah dan belas kasihan orang.
Tetapi beliu mempunyai sandaran hidup sendiri yaitu beberapa bidang sawah,
hasil peninggalanya. Beliau seorang salih sungguh beribadah, taat dan rendah
hati. Beliau tidak ingin pangkat dan jabatan, baik di zaman Belanda atau di zaman
Jepang kerap kali beliau deberi pangkat dan jabatan, tetapi beliau menolaknya
dengan bijaksana.
Banyak
alumni Tebuiring yang bertebaran di seluruh Indonesia, menjadi Kyai dan
guru-guru agama yang masyhur dan ada diantra mereka yang memegang peranan
penting dalam pemerintahan Republik Indonesia, seperti mentri agama dan
lain-lain (K.H A. Wahid Hasyim, dan K.H Ilyas).
K.H
Asy’ari wafat kerahmatullah pada tanggal 25 Juli 1947 M dengan meninggalkan
sebuah peninggalan yang monumental berupa pondok pesantren Tebuiring yang
tertua dan terbesar untuk kawasan jawa timur dan yang telah mengilhami para
alumninya untuk mengembangkanya di daerah-daerah lain walaupun dengan
menggunakan nama lain bagi pesantren-pesantren yang mereka dirikan.
3) K.H Abdul Halim
(1887-1962)
K.H Abdul
Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887. beliau adlah pelopor
gerakan pembeharuan di daerah Majalengka Jawa Barat yang kemudian berkembang
menjadi Perserikatan Ulama, dimulai pada tahun 1911. yang kemudian berubah
menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952 M. Kedua orang
tuanya berasal dari keluarga yang taat beragama (ayahnya adalah seorang
penghulu di Jatiwangi), sedangkan famili-familinya tetap mempunyai hubungan
yang erat secara keluarga dengan orang-orang dari kalangan pemerintah.[9]
K.H Abdul
Halim memperoleh pelajaran agama pada masa kanak-kanak dengan belajra
diberbagai pesantren di daerah Majalengka sampai pada umur 22 Tahun. Ketika
beliau pergi ke Makkah untuk naik haji dan untuk melanjutkan pelajaranya.
Pada
umumnya K.H Abdul Halim berusaha untuk menyebarkan pemikiranya dengan toleransi
dan penuh pengertian. Dikemukakan bahwa beliau tidak pernah mengecam golongan
tradisi ataupun organisasi lain yang tidak sepaham dengan beliau, tablignya
lebih banyak merupakan anjuran untuk menegakan etika di dalam masyarakat dan
bukan merupak kritik tentang pemikiran ataupun pendapat orang lain.
Pada
tanggal 7 Mei 1962 K.H Abdul Halim pulang kerahmatullah di Majalengka Nawa
Barat dalam usia 75 Tahun dan dalam keadaan tetap teguh berpegang pada mazhab
Safi’i.**
==== Sumber: Link ====