Jumat, 07 Juni 2013

Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan Nasional



Sebagai tokoh yang hidup dalam masa penjajahan kolonial, Ki Hajar Dewantara tentu turut merasakan pendidikan kolonial Belanda yang menjatuhkan martabat bumiputra. Karenanya, bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan haruslah memerdekakan kehidupan manusia. Pendidikan mesti disandarkan pada penciptaan jiwa merdeka, cakap dan berguna bagi masyarakat.

Sistim pendidikan Indonesia dari zaman kolonial hingga sekarang tetap saja mengecewakan. Hampir tidak ada lagi nilai-nilai kebangangsaan yang ditanamkan dalam proses penyelenggaraan pendidikan nasional kita.  Pendidikan kapitalistik, seperti di era reformasi sekarang, hanya menciptakan pemisahan orang-orang terpelajar dengan rakyatnya, menyebabkan munculnya Stratifikasi sosial ditengah kehidupan masyarakat.
Kondisi demikian tentu sangat jauh dari konsep pendidikan dan pengajaran yang dimaksudkan oleh Ki Hajar Dewantara.

Perubahan sistim kekuasaan merupakan penyebab utama hancurnya karaktek pendidkan nasional. Pada era kemerdekaan, pendidikan bertujuan melekatkan kemerdekaan pada persatuan rakyat. Lalu, bagaimana dengan sekarang? Pendidikan hanya dijadikan sebagai komoditi.

Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan juga tujuan membentuk kepribadian dan kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar peserta didik selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya.

Karena kemerdekaan menjadi tujuan pelaksanaan pendidikan, maka sistim pengajaran haruslah berfaedah bagi pembangunan jiwa dan raga bangsa. Untuk itu, di mata Ki Hajar Dewantara, bahan-bahan pengajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan hidup rakyat.

Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan; kita harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata tentram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas.  Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang.

Memajukan pertumbuhan budi pekerti- pikiran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, agar pendidikan dapat memajukan kesempurnaan hidup. Yakni: kehidupan yang selaras dengan perkembangan dunia. Tanpa meninggalkan jiwa kebangsaan.

Dunia terus mengalami perkembangan, pergaulan hidup antar satu bangsa dengan bangsa lainnya tidak dapat terhindarkan. Pengaruh kebudayaan dari luar semakin mungkin untuk masuk berakulturasi dengan kebudayaan nasional. Oleh karena itu, seperti dianjurkan Ki Hajar Dewantara, haruslah kita memilih mana yang baik untuk menambah kemulian hidup dan mana kebudayaan luar yang akan merusak jiwa rakyat Indonesia dengan selalu mengingat: semua kemajuan dilapangan ilmu pengetahuan harus terorientasikan dalam pembangunan martabat bangsa.

Syarat pengetahuan
Pendidikan yang teratur adalah yang bersandar pada perkembangan ilmu pengetahuan atau ilmu pendidikan. Ilmu ini tidak boleh berdiri sendiri; ada saling hubugan dengan pengetahuan lain. Ilmu harus berfungsi sebagai pelengkap sempurnanya mutu pendidikan dan pembangunan karakter kebangsaan yang kuat.

Dalam menyelenggarakan pengajaran dan didikan kepada rakyat, Ki Hajar menganjurkan agar kita tetap memperhatikan ilmu jiwa (psyhologie), ilmu jasmani, ilmu keadaban dan kesopanan (etika dan moral), ilmu estetika, dan menerapkan cara-cara pendidikan yang membangun karakter.

Seorang pendidik yang baik, kata Ki Hajar Dewantara, harus tahu bagaimana cara mengajar, memahami karakter peserta didik dan mengerti tujuan pengajaran. Agar dapat mewujudkan hasil didikan yang mempunyai pengetahuan yang mumpuni secara intelektuil maupun budi pekerti serta semangat membangun bangsa.

Relevansi ajaran Ki Hajar Dewantara  
Pendidikan nasional saat ini memiliki segudang persoalan, mulai dari wajah pendidikan yang berwatak pasar yang menyebabkan hilangnya daya kritis tenaga didik terhadap persoalan bangsanya hingga pemosisian lembaga pendidikan sebagai sarana menaikan starata sosial dan ajang mencari ijazah belaka.

Peranan pendidikan, yang sejatinya untuk pembangunan bangsa, telah didisorientasikan oleh kekuasaan guna kepentingan kapital semata. Di sini, pendidikan tak lebih dari alat akumulasi keuntungan.
Disamping itu, kandungan pendidikan dan pengajaran sekarang ini tidak memuat nilai-nilai kebangsaan. Pendidikan sekarang hanya melahirkan Sikap individualisme, hedonisme dan hilangnya jiwa merdeka. Hasil pendidikan seperti ini tidak dapat diharapkan membangunan kehidupan bangsa dan negara bermartabat.
Di sinilah relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara di bidang pendidikan: mencerdaskan kehidupan bangsa hanya mungkin diwujudkan dengan pendidikan yang memerdekakan dan membentuk karakter kemanusian yang cerdas dan beradab. Oleh karena itu, konsepsi pendidikan Ki Hajar Dewantara dapat menjadi salah satu solusi membangun kembali pendidikan dan kebudayaan nasional yang telah diporak-porandakan oleh kepentingan kekuasan dan neoliberalisme.

RUSDIANTO ALIT AMOERSETYA, Koordinator Departemen Kajian dan Bacaan Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND).

==== Sumber Artikel:http://www.berdikarionline.com ====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar