Kamis, 30 Mei 2013

Pedagodi dalam Pendidikan

A.    Pengertian Pedagogik
ilustrasi
Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Pedagogik sebagai ilmu sangat di butuhkan oleh guru khususnya guru taman kanak-kanak dan guru sekolah dasar karena mereka akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa. Tugas guru bukan hanya mengajar untuk menyampaikan, atau mentransformasikan pengetahuan kepada para anak di sekolah, melainkan guru mengemban tugas untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terpadu. Guru mengembangkan sikap mental anak, mengembangkan hati nurani atau kata hati anak, sehingga ia (anak) akan sensitif terhadap masalah-masalah kemanusiaan, harkat derajat manusia, dan menghargai ssesama manusia. Begitu juga guru harus mengembangkan keterampilan anak, keterampilan hidup di masyarakat sehingga ia mampu untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya.
1.       Pendidikan Dalam Arti Khusus
Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”.
Jadi pedagogik  adalah ilmu mendidik anak.
Langeveld (1980), membedakan istilah “pedagogik“ dengan istilah “ pedagogi”. Pedagogik di artikan dengan ilmu mendidik, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak, mendididk anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktik, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbimg anak.
Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas di kemukakan oleh Drijarkara (Ahmadi, Uhbiati:1991 ) bahwa:
a.       Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tri tunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan.
b.      Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tri tunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi pembudayaan anak. Ia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan.
c.       Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tri tunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untukakhirnya bisa t sendiri sebagai manusia purnawan.
2.       Pendidikan Dalam Arti Luas
Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan inteligen, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dari pengertian pendidikan di atas (dalam arti luas) ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan:
Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidika sepanjang hayat adalah, bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia: tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat, dan tanggung jawab pemerintah.
Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang di sebut manusia seluruhnya.
Bagi orang dewasa ilmu pendidikan yang mengkajinya disebut “andragogi”, yang berassal dari bahasa yunani “andr” dan “agogos”. Dalam bahasa yunani, “andr” berarti orang dewasa dan “agogos” berarti memimpin atau membimbing. Knowles (1980) mendefinisan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu warga (orang dewasa) untuk belajar. Berbeda dengan pedagogi yang dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak.
Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik (warga belajar) dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik pembelajaran melibatkan warga belajar.
3.       Mendidik, Mengajar, Dan Melatih.
Menurut Jean-Jacques Rousseau dalam Closson (1999), mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak tapi dibutuhkan pada masa dewasa.
Menurut Usman (1994), mengajar adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar.
Menurut Sarief (2008), melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain (atlet) mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usahannya mencapai tujuan tertentu.
Tujuan dari tiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu berpikir  abstrak logis, obyektif, kritis, sistematis analisis, sintesis, integrative, dan inovatif. Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula mebantu proses belajar, seperti kemampuan berhitung, membaca, mempergunakan bahasa, dan sebagainya. Baik keterampilan maupun kemampuan berpikir akan membantu proses pendidikan, yang menyangkut pembangunan seluruh kepribadian seseorang.
B.     PENTINGNYA PENDIDIKAN
1bb15-cimg0286
1.      Manusia Memerlukan Bantuan
Tanpa usaha belajar dari pihak generasi muda dan usaha pendidikan dari pihak generasi dewasa, manusia tak dapat mempertahankan dan mengembnagkan kehidupannya, sehingga dapat mencapai tingkat yang lebih bermutu dan lebih mulia. Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.
2.      Pendidikan Dalam Praktik
Antara individu yang satu dengan yang lain ada hubungan pengaruh mempengaruhi. Kita menemukan pada setiap manusia gejala suka meniru (imitasi) perbuatan manusia lain. Dalam observasi mengenai pergaulan antara manusia kita temukan ada gejala seperasaan; jika anak sakit ibu merasakan juga keadaan anak yang sakit, pada ibu timbul rasa kasih saying. Gejala yang berhubungan dengan perasaan individu yang satu dengan individu lain, disebut oleh Maks Scheler simpati, yang secara etimologis terdiri atas dua kata, yaitu “sing” sama atau “ bersama”, “pati” (dari yunani  “pathos” yang berarti perasaan, penderitaan). Proses identifikasi adalah semacam keinginan meniru segala tingkah laku orang tuanya, dan sering sekali berlangsung secara tidak sadar.
Jelas bahwa menurut Janlighart pendidikan itu di dasari oleh kasih sayang, yang merupakan sumber bagi dua syarat yang lain, yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat di perlukan untuk menghadapi anak, karena sikap tidak sabar atau lekas marah tidak akan menggairahkan kejiwaan anak.
Dengan pendidikan atau dengan proses perkembangan masyarakat, kita akan menemukan suatu perubahan dalam cara dan kualitas kehidupan. Tidak ada masyarakat yang bersifat statis, yang tidak mengalami perubahan. Upaya pendidikan bukan saja terjadi atas sikap perbuatan dan seluruh kepribadian, melainkan juga alat-alat pendidikan yang dengan sengaja di manfaatkan oleh pendidik. Dalam praktik pendidikan sehari-hari, kita tidak boleh  melupakan respon anak didik terhadap upaya pendidikan yang kita gunakan, karena respon anak tersebut merupakan umpan balik (feedback) bagi tindakan–tindakan pendidikan selanjutnya.
C.    Ilmu Pendidikan Sebagai Teori
1.      Pentingnya Teori Pendidikan
Teori pendidikan (dalam hal ini pedagogik) perlu di pelajari secara akademik (secara ilmiah di perguruan tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), yang mempersiapkan lulusannya untuk menjadi pendidik baik disekolah maupun diluar sekolah.
Ilmu pendidikan sebagai teori perlu dipelajari karena akan memberi beberapa manfaat:
a.       Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan di capai.
b.      Untuk menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik, karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui mana yang boleh dan yang tidak boleh di lakukan, walau teori tersebut bukan suatu resep yang jitu.
c.       Dapat di jadikan sebagai tolak ukur, sampai di mana seseorang telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.
Prof. Sikun Pribadi (1984) menemukakan tiga golongan kesalahan dalam melaksanakan pendidikan yaitu:
a.       Kesalahan-kesalahan teknis, artinya kesalahan yang di sebabkan oleh kekeurangan keterampilan atau kesalahan dalam cara menerapkan pengertian atau prinsip-prinsip tertentu.
b.      Kesalahn-kesalahan yang bersumber pada struktur kepribadian prilaku pendidik sendiri.
c.       Kesalahan-kesalahan yang sifatnya konseptual, artinya karena pendidikan kurang mendalami masalah-masalah yang sifatnya teoritis maka perbuatan mendidiknya mempunyai akibat-akibat yang tak dapat di benarkan.
2.      Pendidikan Dalam Ruang Lingkup Mikro Dan Makro
Pendidikan yang dilakukan secara nasional dengan segala perangkat aturannya seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,  pendidikan mencakup pendidikan sekolah dan luar sekolah, berlangsung seumur hidup, hal tersebut melakukan tinjauan pendidikan secara makro (besar).
Di samping kita mengkaji pendidikan dalam skala luas, kita bisa mempelajari pendidikan dalam skala kecil, misalnya pendidikan dalam keluarga saja, pendidikan di sekolah saja, (misalnya kita hanya terfokus mengkaji pendidikan di SD saja, atau SMP), hal tersebut merupakan suatu kajian pendidikan dalam skala mikro (kecil).
Pengelompokan kajian pendidikan secara mikro dan makro tersebut dapat di lihat dari dua segi, yaitu:
a. Manusia sebagai individu, dan sebagai anggota masyarakat.
Antara individu dan masyarakat bagi seorang manusia tidak dapat di pisahkan satu sama lain, artinya individu tak mungkin berkembang dengan sebaik-baiknya, bahkan individu tak mungkin hidup, tanpa di bantu oleh dan hidup bersama dengan orang lain. Suatu masyarakat tak mungkin ada tanpa adanya anggota-anggota masyarakat atau individu-individu yang hidup di dalamnya. Sering juga suatu masyarakat dapat maju karena jasa-jasa orang-orang tersebut yang pernah memimpin masyarakat itu atau yang pernah memberikan sumbangannya di mana individu itu hidup dan bekerja.
b. Tanggung jawab pendidikan
1.      Tanggung jawab keluarga
Pendidikan mikro sebagai upaya pendididkan untuk mendewasakan anak, sepenuhnya merupakan tanggung jawab keluarga. Sekolah (sampai dengan SMA), pendidikan usia dini (play group: kelompok bermain), atau bentuk-bentuk lainnya, merupakan pendidikan mikro sebagai wakil keluarga dalam melaksanakan upaya pendidikannya. Keluargalah yang paling bertanggung jawab secara moral, spiritual, dan fisik material untuk mendewasakan anak.
2.      Tanggung jawab bersama
Tanggung jawab pendidikan dalam arti luas merupakan tanggung jawab bersama dari semua pihak, yaitu keluarga masyarakat, dan pemerintah sesuai dengan Undang-Undang  Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (pasal 7 – pasal 11).
DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh, Uyoh, dkk. 2011. Pedagogik. Bandung. Alfabeta.
Usman, Moh. Uzer. 1994. Menjadi Guru Professional. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar